judul:Kota di Ujung Langit


Di sebuah desa kecil yang terletak di antara pegunungan, terdapat sebuah legenda yang diceritakan turun-temurun. Legenda itu bercerita tentang sebuah kota yang berada di ujung langit, kota yang tidak pernah terlihat oleh mata manusia, namun selalu ada dalam cerita rakyat. Kota itu disebut "Elyria," dan konon, hanya orang-orang yang memiliki hati murni yang bisa menemukannya.


Lina, seorang gadis muda yang tinggal di desa itu, sering mendengar cerita tentang Elyria dari neneknya. Neneknya selalu bercerita bahwa kota itu memiliki pemandangan yang luar biasa indah, dengan bangunan yang terbuat dari kristal yang memantulkan cahaya matahari dengan warna-warni yang menakjubkan. Namun, yang paling menarik bagi Lina adalah kisah tentang "Gerbang Langit," sebuah gerbang ajaib yang konon hanya terbuka bagi mereka yang bisa menemukan kunci keberaniannya.


Suatu hari, Lina memutuskan untuk mencari Elyria. Dia merasa bahwa kehidupannya yang biasa saja di desa ini tidak cukup untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Dengan tekad yang kuat, Lina memulai perjalanannya menuju puncak gunung, tempat yang menurut legenda adalah tempat terakhir yang harus dilalui untuk menemukan kota tersebut.


Perjalanan itu tidak mudah. Lina melewati hutan lebat, sungai yang deras, dan lereng curam yang membuat langkahnya semakin berat. Namun, dia tidak pernah menyerah. Setiap kali dia merasa lelah, dia teringat akan cerita neneknya tentang Elyria, dan itu memberinya semangat baru.


Setelah berhari-hari berjalan, Lina akhirnya sampai di puncak gunung. Di sana, dia menemukan sebuah batu besar yang terukir simbol aneh. Di bawah batu itu, terdapat sebuah pintu kecil yang tertutup rapat. Lina merasa ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya, seolah-olah pintu itu menantangnya untuk membukanya.


Dengan hati yang berdebar, Lina menekan simbol yang terukir di batu itu. Tiba-tiba, pintu itu terbuka perlahan, mengungkapkan lorong gelap yang panjang. Lina melangkah maju dengan hati-hati, mengikuti lorong itu hingga akhirnya dia tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi cahaya keemasan. Di tengah ruangan, terdapat sebuah gerbang besar yang terbuat dari logam putih berkilau, dengan ukiran yang rumit di sekelilingnya.


Lina merasakan ada sesuatu yang memanggilnya dari balik gerbang itu. Tanpa ragu, dia melangkah ke depan dan mencoba membuka gerbang tersebut. Namun, gerbang itu tidak bergerak. Di atasnya, terdapat sebuah tulisan yang hanya bisa dibaca jika dilihat dengan hati yang tulus: "Untuk membuka gerbang ini, temukan kunci dari keberanianmu."


Lina berpikir keras. Apa yang dimaksud dengan "kunci dari keberanian"? Apakah itu berarti dia harus lebih berani? Atau mungkin dia harus melepaskan sesuatu yang sangat berarti bagi dirinya?


Tiba-tiba, Lina teringat pada perjalanan panjang yang telah dia lalui. Keberanian bukan hanya tentang menghadapi bahaya, tetapi tentang terus maju meski merasa takut. Lina menyadari bahwa keberanian sejati adalah keberanian untuk terus berharap dan bermimpi, bahkan ketika dunia tampak tidak pasti.


Dengan pemikiran itu, Lina mengangkat tangan dan menyentuh gerbang tersebut. Seketika, gerbang itu terbuka dengan suara gemerisik lembut, dan di baliknya terbentang pemandangan yang luar biasa indah. Di sana, kota Elyria berdiri megah, dengan bangunan kristal yang berkilau di bawah sinar matahari. Langit di atasnya dipenuhi dengan warna-warna yang belum pernah dilihat Lina sebelumnya, dan angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga-bunga yang tidak dikenal.


Di tengah kota, ada seorang wanita tua yang berdiri menunggu. Wanita itu tersenyum lembut kepada Lina, seolah-olah dia sudah menunggu kedatangannya sejak lama.


"Kamu akhirnya datang," kata wanita itu dengan suara yang penuh kehangatan. "Selamat datang di Elyria, kota yang hanya bisa ditemukan oleh mereka yang memiliki hati yang murni."


Lina merasa terharu. Semua perjuangannya, rasa takut dan lelah yang dia rasakan selama ini, akhirnya terbayar dengan pemandangan yang luar biasa ini. "Saya... saya tidak tahu harus berkata apa," kata Lina, merasa bingung dan terpesona.


Wanita itu tersenyum. "Tidak perlu kata-kata. Kadang-kadang, perjalanan itu lebih penting daripada tujuan. Elyria bukan hanya sebuah kota, tapi juga sebuah tempat di mana mimpi dan harapan bertemu."


Lina mengangguk, menyadari bahwa perjalanan yang dia lakukan telah mengubahnya. Dia bukan hanya menemukan Elyria, tetapi juga menemukan keberanian dalam dirinya sendiri. Dia tahu, sekarang, bahwa tidak ada yang mustahil jika kita memiliki tekad dan hati yang murni untuk mengejarnya.


Dengan langkah pasti, Lina memasuki Elyria, kota di ujung langit, tempat impian dan harapan bertemu dengan kenyataan.

Comments

Popular posts from this blog

Soal Bahasa Indonesia

Rangkuman Bab 5 menyajikan Teks diskusi